Jumat, 05 November 2010

Tahu belum tentu mengerti, mengerti belum tentu bisa, bisa belum tentu terbiasa, terbiasa belum tentu ter-internalisasi atau menjadi karakter


Judul yang saya tulis diatas adalah artian dalam bahsa Indonesia dari sebuah peribahasa Sunda. Mungkin secara tidak sengaja saya sudah mendengarnya sejak saya masuk FK UNPAD dan bertemu dengan Abah Iwan yang biasanya selalu mengingatkan hal itu, tetapi mungkin saya baru menyadari akan keberadaan makna kata-kata itu setelah beberapa bulan lalu.
Dalam hal ini, menuut saya peribahasa Sunda yang sangat saya sukai ini merupakan salah satu aspek prinsipil dari seluruh sisi kehidupan perjuangan di dunia. Izinkan untuk kali ini saya mengambil sebuah sisi hikmah dari cerita YANG ADA DIBAWAH ( jadi kalo mau nyambung baca dulu tulisan yang di bawah tulisan ini ya ^^).
Di tulisan bawah saya menulis, “ sejak lahir sampai SMA saya sama sekali tidak merasakan perubahan dakwah islam yang begitu terasa dalam hal pemakaian JILBAB secara SYAR’i ”.
Saya jutru berpikir satu hal “ apakah benar tidak ada perubahan atau justru diri ini yang sama sekali tidak pernah mau berusaha untuk belajar dan membuka hati, teling dan mata ??”
Dulu, saya tidak mengetahui akan kewajiban untuk berjilbab yang sesungguhnya tercantum didalam al-quran...
Dulu, al-quran begitu jauh dalam kehidupan ini...
Dulu, al-quran entah mengapa hanya terasa seperti bacaan-bacaan huruf araf yang tak kumngerti artinya.. sebuah kesalah fatal, karena al-quran begitu banyak mengandung petunjuk,larangan serta ketenangan bagi hati manusia...
Pada pribahasa sunda diatas pada dasarnya itu adalah suatu proses yang berkelanjutan yang akan sangat susah dapat melwati proses satu tanpa menjalani proses sebelumnya , kecuali bila allah swt menghendakinya.
Bila saya ingat, ketika masa-masa bocah-bocah yang suram dulu, jangan kan membaca terjemahan al-quran , membaca ayat al-quran saja bisa dibilang jarang, mungkin hal itulah yang membat saya tidak bisa menginternalisasi pibahasa sunda diatas.
Untuk sekedar tahu saja, tidak sedikit perjuangan yang saya lakukan, berusaha memaksakan jiwa dan raga untuk berani mengambil waktu demi membaca terjemehan al-quran, kalau mau diingat sungguhitu bukan pekerjaan yang gampang.
Setelah mengetahui, dan satu kali khatam terjemahan al-quran, saya tidak menyadari dan mengingat seluruh berita baik dalam al-quran, butuh beberapa kali khatam terjemahan...
Dan akhirnya memerlukan bebearapa proses pemikiran terhadap ayat-ayat allah yang terdapat dalam al-quran...
Itulah proses yang saya lakukan ketika menjadi mahasiswa... dan sekarang di 1 syawal 1431 H , ketika saya kembali ke dumai, saya baru menyadari fenomena luar biasa seperti yang telah ditulis di bawah.
Saya justru berpikir, benarlah perkataan pribahasa sunda yang menyatakan “ tahu belum tentu mengerti, mengerti belum tentu bisa, bisa belum tentu biasa, biasa belum tentu menjadi karakter”
Sederhana sekali pribahasa tersebut, tetapi sebuah kesederhanaan yang mengandung berjuta makna...
-salam pemikiran-
Deddy Oskar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar