Jumat, 05 November 2010

Nilai sebuah Keteguhan dan KOMITMEN DIRI


Bismillahirrahmaniraahim..
Cerita ini terinspirasi dari perjalanan backpackeran saya ke bali bersama orang teman saya ; Radit, Otto, Putri, flori dan Dina. Perjalanan yang menyenangkan dan penuh dengan hikmah.
Di bali, kami menginap dai daerah Legian dekat pantai Kuta, daerah yang banyak banget bule. Sempat terucapa oleh salah seorang teman saya ,” kok rasanya kita seperti lagi berlibur ke luar negri ya !”. Bukan hanya jumlah mayoritas orang yang berada di legian, “jenis” kotanya pun berasa seperti lagi di perkotaan daerah barat, dimana begitu banyak bar dan pub dengan berbagaia jenis minuman alkohol nan mahal serta semua jenis makanan yang harganya g nanggung-nanggung. Benar-benar sebuah paket komplit untuk dibilang “daerah asing” di negri Indonesia.
Sebuah kesedihan hati keluar melirik kata-kata legian. Di legian, orang pribumi indonesia seolah menjadi pelayan dari bangsa asing, di legian begitu banyak wanita bnangsa ini yang telah kehilangan jati dan harga diri terhadap bangsa asing, bahkan yang paling membuat saya sedih adalah, di legian bangsa ini menghina dan mengejek bangsanya sendiri. Dimalam hari, legian berubah menjadi speaker besar dengan jutaan bule berhamburan keluar untuk berpesta pora dalam gelapnya malam.
Para turis asing yang datang dan dominan di daerah kuta bali setiap hari melakukan aktivitas seperti apa yang sering mereka lakukan didaerah barat, dan mereka membawa kebudayaanitu bersama dengan hadirnya raga mereka di nusantara, kemanakah nilai sebuah komitmen bangsa akan jati diri bangsa Indonesia sampai kebudayaan di daerah kuta seolah berbeda ??
Disatu sisi, mari kita lirik perjalanan selanjutnya dari kisah saya, dimana kami melanjutkan perjalanan di hari berikutnya menuju daerah utara dari bali, bisa dibilang daerah-daerah yang pemandangannya luar biasa dan katanya banyak dihuni turis-turis asing “ berkelas”. Pemandangan daerah uluwatu dan daerah lainnya begitu berbeda, pemandangan alam yang sepertinya menunjukkan “inilah indonesia dengan berbagai keragaman kekayaan alam dan pemandangan yang patut disyukuri”. Tidak bisa dipungkiri kenyataannya adalah daerah-daerah wisata di utara lebih mahal daripada di deaerah kuta, tetapi itu sebuah harga yang menurut saya pantas untuk dibayar untuk berbagai pertunjukan kebudayaan Indonesia yang luar biasa serta pemandangan alam yang luar biasa.
Sejenak mari kita lirik hikmah dari 2 sisi cerita saya dalam berlibur ke bali di liburan kuliah tahun 2010 ini.
Pertama di daerah kuta, dimana kalo kata temen saya itu biasanya ‘’tempat bule-bule kere” X), sebuah daerah dengan modal pantai kuta, tetapi kehilangan nilai budaya indonesia baik secara kota dan orang-orangnya. Yang menjadi dominasi adalah pertokoan dengan harga Internasional serta club-club malam dan restoran yang berdentum setiap malam layaknya kehidupan di negri barat nan jauh disana.
Selanjutnya daerah utara yang meliputi uluwatu, pantai dreamland,Graha Wisnu Kencana dll, dimana disana banyak bule-bule “ tajir” tinggal. Sebuah kenyataannya adalah daerah itu penuh dengan nilai-nilai bangsa Indonesia baik secara fisik bangunan, kondisi alam , serta keramahan orang dan kekayaan budaya Indonsia yang terus dipertahankan.
Yang ingin coba saya sampaikan adalah, betapa bule saja menghargai lebih terhadap sebuah nila kekonsistenan bangsa ini akan budaya dan nilai-nilai khas bangsa indonesia, yang secara materi ini bisa dibuktikan dengan keberadaan bule2 yang istilahnya tajir dan rela mengeluarkan banyak uangnya untuk menikmati kekayaan Indonesia yang sejati. Berbeda dengan daerah kuta yang bernilai “murah” yang telah kehilangan budaya dan nilai-nilai Indonesia.
Hargai Dirimu dan syukuri apa yang ada pada dirimu sendiri, saya percaya dan yakin, orang akan menilai lebih terhadap hal itu daripada kamu menjadi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar