Selasa, 27 Juli 2010

Ramadhan dan Pertelevisian INDONESIA


Bismillahirrahmanirrahim,,

Ramadhan, bulan yang penuh berkah, dimana allah mengangkat bulan ini dengan berjuta rahmat dan ridha-Nya.
Ramadhan 1431 H, semoga kita bisa menjalani dan melaluinya, insyaallah. Jujur, saya merindukan ramadhan, dimana rasanya hati ini lebih banyak yang menjaga, lebih banyak yang saling mengingatkan, lbih banyak persahabatan dan ukhuwah yang terjalin.
itulah salah satu tujuan bulan sui ramadhan, kembali membiasakan manusia kepada hal-hal yang sebenarnya dicintainya secara fitrah dan atas dasar niat pribadi.
ada sebuah kata-kata bagus yang saya dapatkan dari buku "untukmu kader dakwah" karangan alm.rahmat abdullah, sebuah kalomat yang berbunyi "paksa-biasa-irama hidup" rasanya ini sejalan dengan pepatah sunda yang berbunyi ( dalam artian bahasa indonesia ya :), soalnya saya masih belum jago bahasa sunda X) ) " tahu belum tentu bisa, bisa belum tentu biasa dan biasa belum tentu terinternalisasi/ menjadi karakter"..

izinkan saya untuk memaknai salah satu hikmah ramadhan sebagai jalan dari Allah swt dalam rangka memnbiasakan dan menginternalisasikan kebiasaan dan kebuituhan dasar fitrah hati manusia terhadap segala hal yang mendekatkan kita kepada Allah SWT. Ketika kita berbicara "karakter/internalisasi", maka kita akan berbicara "akhlaK", perilaku yang menjadi ciri seoran manusia. Artinya, bila memang salah satu tujuan ramadhan adalah untuk menginternalisasikan akhlak-akhlak yang baik, maka sewajarnya bila apa yang sering kita lakukan di bulan ramadhan menjadi hal yang wajar dan sering juga kita lakukan pada bulan-bulan setelah ramadhan.

dari hal itu, saya ingin menghubungkannya dengan topik kekinian yang bertema "pertelevisian INDONESIA".
Sering kali ( bahkan insyaAllah tiap tahun) kita perhatikan bahwa ketika deket2 bulan ramadhan dan pada bulan Ramadhan, bisa dibilang lebih dari 50 % acara televisi berubah drastis menjadi acara2 yang berbau islami secara parsial, dimana para pemainnya menjadi ramai dalam hal menghijab diri ( walaupun g sempurna dan terkesan "yang penting ada jilbab !!" " dan tema2 film berubah menjadi tema2 islami. Tiada yang menyalahkan dan melarang hal2 begini justru pada kenyataannya bagus banget :D. Dimana kita bisa setidaknya menjaga mata dari serbuan panah-panah setan terhadap aurat wanita dan mudah2an bisa tetap menjaga hati. Beda halnya dengan telinga, saya yakin dan percaya acara2 gosip akan tetap berlangsung dengan selubung "keislamian", dimana para pembawa acaranya yang laki2 menggunakan baju koko dan yang wanita menggunakan "jilbab antah barantah" dimana sekedar selendang yang melingkari kepala dan itupun tidak tertutup :(.

kmbali ke topik perfilm-an indonesia X), memang pada kenyataannya bagus bahwa film2 kita berbau islami pada bulan ramadhan, namun, pernahkah para produser dan sutradara film indonesia memikirkan kembali mereka dalam hal membuat film tersebut ??. Segala sesuatu bermula dari niat, niatlah yang menjadikan manusia memiliki "latar belakang" terhadap hal2 yang ingin dilakukannya, seing kita dengar istilah "dalam rangka menghormati bulan ramadhan?, mungkin itu rata2 sebagian besar motiv dari perfilm-an indonesia di bulan ramadhan. hormat sekedar hormat, tapi apalah gunanya bila kita hanya menghormati demi kepentingan manusia tanpa memerhatikan kehormatan kita pada sang khaliq yang begitu merahmati dan meridhai bulan ramadhan.
semoga industri perfilman indonesia kedepannya memiliki tujuan " DALAM RANGKA MENGINTERNALISASI ADANYA BULAN RAMADHAN", bukan hanya sekedar 'DALAM RANGKA MENGHORMATI BULAN RAMADHAN".
Entah kenapa saya memiliki keyakinan, bila setingan nat dan tujuan awal telah diperbaiki, maka saya percaya, akan semakin berkurangnya "artis hijab dadakan".
semoga dengan diperbaikinya tujuan pem buatan film2 ramadhan, kita tidak akan melihat lagi istilah " 11 bulan buka-bukaan, 1 bulan jilbab serampangan"

...salam pikiran deddy oskar :D...