Jumat, 05 November 2010

Kereta Dakwah Islam yang berjalan terus


Kurang lebih setahun yang lalu ada sebuah kata-kata yang saya ingat sampai sekarang yaitu ( dengan sedikit modifikasi pribadi karena saya lupa kata-katanya secara tepat, tapi yang saya tulis ini adalah esensinya) “kereta dakwah islam ini akan jalan terus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Allah swt, tidak peduli berapapun penumpang yang menaikinya disetiap stasiun penumpangnya,kita adalah para penumpangnya, mengenai kemenangan islam itu adalah sesuatu hal yang telah dijanjikan Allah, piihan kita lah yang menentukan; apakah kita mau berjuang untuk din islam ini atau hanya akan melihat dan tertinggal di stasiun keberangkatan dan hanya berani melihat perjuangan dakwah islam yang dilakukan orang”
Ketika itu saya memang berpikir “iya juga ya” walaupun saya belum melihat bukti nyatanya ,teteapi saya bisa merasakan hal itu.
Sekarang, di idul fitri 1431 H, saya baru merasakan wujud nyata dari perkataan itu, alhamdulillah saya dapat pulang ke dumai untuk menjalani idul fitri bersama keluarga, di hari pertama saya lagsung merasakan apa yang dulunya mungkin tidak saya rasakan,tetapi saya lihat.
Sederhana kok, yaitu : pemakaian jilbab secara SYAR’I
Dari lahir sampai dengan SMA saya hidup dengan menghirup udara dumai, minum dengan air tanah dumai, tetapi saya belum merasakan adanya pemakaian jilbab secara syar’i ini. Begitu juga ketika saya pulang setahun yang lalu . tetapi kini,ditahun ini, bahkan saya suda h banyak melihat anak SD dan SMP serta akhwat yang menggunakan jilbab sesuai dengan perintah Allah Swt melalui Al-quran yatu menutupi dada.
Dalam prosesnya saya sama sekali g berniat melihat para akhwat itu kok !! =_=, yang ada adalah proses ketidak sengajaan yang lalu saya berusah pikirkan.
ALHAMDULILLAH, sekarang saya semakin yakin akan hal yang dikatakan seperti hal diatas, saatnya menentukan, mau jadi PEJUANG atau sekedar PENONTON perjalanan kereta dakwah islam yang pasti berlaju menuju stasiun Ridha Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar