Selasa, 26 Agustus 2014

2011

Sepenggal waktu di Jatinangor  mengingatkan saya akan 1 dari 3 pilihan,
pilihan yang TMTP..

Minggu, 20 Juli 2014

Dokter Eksplorer

Berada dalam lingkungan lingkungan akademis itu seperti berada dalam sebuah komunitas yang kemungkinan besar memiliki masa depan cemerlang.
Masa depan cemerlang bisa diartikan dalam banyak ragam, tetapi interpretasi paling rendah dan sederhana tentunya cemerlang secara material (uang).

Begitulah yang saya rasakan saat ini, berada dalam komunitas dokter,
1. Dokter-dokter Indonesia. Ini dunia yang akan terus saya gali potensinya di masa depan
2. Dokter-dokter Universitas Padjadjaran, Saya pribadi merasakan bahwa hidup di Universitas ini seperti berada dalam miniatur masyarakat madani, kepedulian, kesopanan dan menjunjung tinggi nilai-nilai. Sebuah modal luar biasa yang menjadi panutan pelayanan kesehatan terkini dan masa depan.
3.Dokter-dokter FK UNPAD 2008, calon konsulen berbagai bidang, calon pemegang kebijakan dan calon-calon lainya (minimal, calon ayah dan ibu  :p).

Saya yakin di masa depan, angkatan 2008 akan mengisi pos-pos di berbagai tempat di seluruh Indonesia dan Jawa Barat.
Berbicara Dokter, tentunya lekat dengan aspek kemanusiaan, dan berbicara kemanusiaan, terlalu banyak yang harus kita kerjakan untuk terus diperbaiki.

tetapi ada satu hal yang saya pikirkan dari sisi kemanusiaan, bahwa banyak orang membutuhkan bantuan, kita meyakini akan hal itu. Hal penting yang harus kita jawab adalah:

Siapa yang akan kita bantu? dimana lokasi mereka? apa yang mereka butuhkan?


Berbicara "siapa",  titik pentingnya adalah "benarkah saat ini mereka paling membutuhkan diantara yang ada?".
Berbicara "dimana", titik pentingnya adalah biasanya mereka akan berada pada titik yang tidak begitu banyak orang tahu, karena itu bisa menjawab pertanyaan pertama.
Berbicara "apa", titik pentingnya adalah sumber daya kita untuk memenuhi ekspektasi mereka, baik SDM ataupun dana.

beberapa dari dokter tentu ada yang senang dan hobi menjelajahi sesuatu yang baru dan beda, mungkin peran mereka adalah sebagai ujung tombak informasi.
ujung tombak informasi kegiatan bahwa di lokasi "a" bisa mengadakan sesuatu yang berguna, di lokasi "b" membutuhkan sesuatu dll.
Dokter eksplorer, merupakan sebuah hobi yang membuat dunia pengabdian dokter selalu berada dalam kondisi dan lingkungan yang baru dan beda.
Eksplorer, bukan hanya berarti mendaki gunung, melewati lembah dan menyebrang pulau, tapi juga berarti:

1. mengetahui kondisi suatu panti yang serba kekuranagan tapi tidak banyak orang yang tau,
2. mengetahui bahwa ada suatu daerah yang tidak terjamah tenaga medis sehingga walaupun hanya sekali diadakan Balai pengobatan, setidaknya itu sudah sangat membuat mereka bahagia.
dan lain-lain.

Dokter eksplorer, dirimu cukup menjalani dan menyalurkan hobi jalan-jalanmu, membuka mata hati lebar-lebar untuk mengambil pelajaran dari perjalananmu dan membagi informasi dengan teman sejawatmu yang semuanya potensial, selanjutnya, mari berdiskusi untuk menentukan skala prioritas.






Selasa, 10 Juni 2014

Logika Gula

Semua bisa merasakan gula,
tapi belum bisa mendeskripsikan gula,
tak pernah bisa di dideskripsikan,
sampai 2 atau lebih merasakan gula,
dan semuanya mengerti, bahwa itu bernama "manis", terutama buat yang mencicipi,

deskripsi manisnya gula hanya perihal kesabaran waktu bukan?
saratnya tiga, 2 atau lebih mencicipi, percaya bahwa rasa gula itu sama, selanjutnya hanya masalah kesepakatan bahwa itu benar "manis".
Logika gula. Belum terlihat tapi terasa.

Rabu, 04 Juni 2014

kacamata ketidakadilan

"..mendapatkan perlakuan tidak sepantasnya atas sesuatu yang tidak pernah dijelaskan adalah bentuk sebuah ketidak adilan bukan?.."

entah kebetulan apa yang nyamperin, kalimat ini muncul di sebuah lembar tulisan.. kebetulan? saya rasa tidak.
Di tulisan kali ini saya tidak akan menuliskan bagaimana respon terhadap pernyataan tersebut, karena mungkin semua orang sudah tahu bagaimana rasanya mendapatkan ketidak adilan, sekecil apapun bentuknya.

ada yang menyatakan;
".. jika ingin tahu bagaimana rasanya batas kesabaran, belajarlah dari mereka yang pernah mendapatkan penderitaan fisik demi sebuah tujuan, karena mereka diajarkan untuk tetap merasakan bahagia dalam pelatihan fisik yang bisa dibilang cukup membuat jera banyak orang; nikmati tuan!.."

Tidak ada hubungannya dengan pemilu 2014, dan ini sama sekali bukan kampanye atau promosi.
saya hanya kagum dengan bapak Probowo Subianto, dalam kondisi kerusuhan 1998, Kopassus didakwa sebagai tersangka penculikan aktivis reformasi, yang saat ini bahkan tuduhan itu tak pernah terbukti.
dalam kondisinya, ia mungkin protes dan memberontak, ya itu reaksi wajar.. hanya saja, mungkin hanya disampaikan kepada Allah, diri dan beberapa sahabat karib.. tanpa keterlibatan khalayak ramai.

mendapatkan tuduhan tanpa mendapatkan penjelasan resmi, itu yang beliau alami.
disini kita belajar reaksi, bahwa kita boleh memberontak atas ketidakadilan, tapi situasi selalu mendesak kita untuk memahami situasi, bahwa reaksi tidak tepat hanya memperkeruh suasana.

sekarang mari kita bertanya pada diri pribadi,
"apakah kita pernah berbuat hal serupa?", 

entahlah.. karena saya percaya setiap manusia punya hak untuk berubah.. mungkin itu salah satu hikmah surah al-asr, bahwa saling menasihati harus didahului penjelasan.

Senin, 26 Mei 2014

Kehormatan & Nasehat Sahabat

".. ded, wajar saja dirimu sedikit tidak mentoleransi hal itu, karena walaupun hanya sepersekian persen, dirimu pernah dilatih dengan prinsip menjunjung tinggi kehormatan, bendera regu di tanah dianggap penghinaan dan membuat dirimu dan angkatanmu dihukum berat, kehormatan dan jangan makan tulang kawan, masih terngiang bukan kata-kata itu?, tapi seperti Umar bin Khatab, gunakan pada posisinya dalam konteks visi terbesar, tidak mudah memang, tapi dirimu pernah menjalani pelatihan itu bukan, yang berprinsip : saya pasti bisa!..."

Bintang

".. ded, bintang akan selalu bersinar, sadar atau tidak yang disinarinya, ia tak pernah peduli, karena yang ia tau misinya adalah bersinar dan menyinari yang lain.. kalau tidak disatu tempat, yang lainlah yang akan menyadari sinarnya, seperti bintang di setiap galaksi bukan?, titik krusialnya adalah, sang bintang harus menyadari bahwa dirinya adalah bintang, bukan sekedar batu melayang. Bersykurlah dirimu pernah bersinggungan dengan ilmu astronomi ded.."

Selasa, 20 Mei 2014

Apel, berpikir dan Pemilu Indonesia 2014 yang berbalur jas Putih

'.. yang jatuh cuma apel, seperti biasa, tapi karena yang lagi deket apel Sir Newton yang rajin mikir, tertulislah hukum Newton, karena pada dasarnya hukum itu sudah ada dan terus berlaku sejak adanya dunia.."

itu kalimat sahabat.

Konflik Pendidikan Kedokteran Indonesia di tahun 2014, bertemakan Exit exam dan legalitas, perselisihan  antara Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

saya hanya melihat dari kacamata external, tapi saya juga mendapatkan banyak informasi yang benar.
konflik ini bercerita tentang ilegal-nya Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang selama ini diadakan oleh AIPKI. setau saya IDI mengatakan ini ilegal karena tidak sesuai dengan undang-undang(saya lupa).
Kali ini, saya tidak akan bercerita banyak tentang konflik ini, saya yakin banyak yang lebih kompeten untuk menjelaskan fakta konflik ini.

Yang ingin saya jabarkan disini adalah apa benang merah kejadian ini dengan kekinian Indonesia.
seperti kata sahabat saya diatas, gara-gara newton yang duduk di pohon apel dan apelnya jatuh, tertulislah hukum newton. Tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini bukan, karena kita semua yang tinggal di Indonesia dan mengaku bangsa Indonesia pasti memiliki agama atau aliran kepercayaan yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa. Seperti Newton, momen mungkin terjadi setiap saat, hanya saja, apakah orang-orang yang berada disekitar momen memikirkannya?, itu kuncinya.

momen selalu berkaitan dengan waktu, dan himpunan semesta dari momen dan waktu adalah peristiwa. momen tidak sama dengan waktu, karena diwaktu yang sama, mungkin hanya tercipta satu momen pada satu kondisi, dan orang lain bisa melihat banyak momen pada waktu yang bersamaan.

Apa yang hangat di 2014?, pemilu.
semua mahasiswa kedokteran dan dokter tau, yang bikin peraturan itu pemerintah dan DPR serta DPRD, dan satu-satunya cara itu memasukkan orang-orang berkualitas dalam lembaga tersebut hanyalah lewat pemilu yang diadakan 5 tahun sekali.

Selama saya berprofesi sebagai mahasiswa kedokteran ataupun saat ini sudah menjadi dokter, banyak saya temui dokter-dokter yang tidak peduli politik dan segala aplikasinya. 
maka jangan salahkan DPR dan DPRD serta pemerintah RI yang akan datang bila peraturan terbit adalah perturan yang menyusahkan dokter(mulai dari mahasiswa sampai profesornya), karena kita tak peduli politik dengan segala aplikasinya.

Lugu bukan, bila kita berteriak marah kepada sesuatu hal yang pada dasarnya dapat kita tentukan dengan tangan kita sendiri.
Berhak-kah kita untuk marah? jelas kita berhak, karena ini negara demokrasi,
tetapi ketika kita menggunakan hak marah itu, kita hanya akan ditertawakan dan di cap karena karakternya seperti anak kecil,
"tak bisa menentukan jalan nasib sendiri"

Tidak kah para cendikiawan berjas putih belajar akan momentum ini?
masih relakah kita untuk tidak menggunakan hak pilih kita dalam pemilu untuk kedepannya?

kalo jawaban pertama dijawab dengan kata "tidak" dan pertanyaan kedua dijawab dengan kata "ya", maka mungkin perlu seleksi tambahan dalam penerimaan calon dokter di Indonesia, karena saya pribadi sebagai dokter, tidak begitu rela menerima murid yang tak mau meikirkan masa depan diri dan sejawatnya,

"untuk apa menerima mereka yang merusak masa depan?"
betul bukan?