Minggu, 09 Februari 2014

kata, niat dan kesombongan

hari itu, bunyi dentingan besi yang menangkis besi tersebar dimana-mana,
kelihaian sesorang dalam mengayunkan dan menghindar, mempengaruhi jalannya pertempuran.

satu momen dalam medan pertempuran, seorang sahabat Rasulullah Saw. dapat mengalahkan musuh dan membuat seorang itu tersudut, musuh itu pun dengan segera menyatakan masuk islam. tapi sahabat Rasulullah Saw. tetap membunuh musuh tersebut.

pertempuran-pun telah selesai, cerita tentang kemenangan dan harta rampasan mungkin telah sampai duluan,
tapi di balik hingar bingar itu, kisah tentang kisah sahabat di atas tak luput dari perhatian Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw pun bertanya kepada sahabat mengenai alasan mengapa ia tetap membunuh musuh, padahal ia telah menyatakan islam. Sahabat tersebut pun memberikan alasan bahwa ia hanya menduga bahwa sang musuh menyatakan masuk islam hanya karena ketakutan dan telah terpojok. Rasulullah Saw. pun kecewa dan menyatakan satu hal yang intinya tentang apakah sahabat tersebut bisa membaca niatan seseorang.

saya lupa detail kejadian ini, terjadi di perang apa, nama sahabatnya siapa..tapi, insyaallah ini berasal dari sumber buku Sirah nabawiyah karangan Syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.

saya belum menjadi seorang ahli tafsir, tapi setidaknya berusaha memikirkan hikmah boleh lah.

Praduga, sering kali muncul dalam setiap manusia. Wajar saja itu muncul, karena ya itu karunia dan sifat yang udah allah ciptakan. Praduga, menjadi tidak wajar, ketika kita tanpa pikir panjang menyampaikannya kepada khalayak luas, tanpa memikirkan efeknya, tanpa memikirkan pembuktiannya, mungkin secara sederhana itu disebut fitnah.

Mari sejenak kita kembali melihat kisah sahabat di atas dan kembali membuka surat Al-baqarah 34 dan surat al-a'raf :12, ketika Allah memerintahkan malaikat sujud kepada adam, malaikat menurut, hanya satu yang membangkang; iblis. Iblis merasa lebih tinggi karena diciptakan dari api. Kesombongan lah yang membuat mereka dinyatakan allah sebagai kafir , dihina Allah dan berakhir di neraka.

dari beberapa cerita diatas, ada satu benang merah yang mungkin hanya hasil perenungan sementara saya,
saatnya kita sama-sama meng-evaluasi diri, sebelum melakukan fitnah dan menyatakannya, bukankah itu seolah-olah kita bisa membaca niat dalam hati-hati manusia, padahal Rasulullah saw. pun tak pernah bisa.
mungkinkah, secara tidak sadar kita melangkahi kewenangan  Allah ? , siapa yang tahu.

1 komentar: