Kriminalitas, belakangan ini seolah menjadi suatu budaya yang sangat kental dengan budaya nusantara. Mengapa tidak , setiap hari kita bisa melihat begitu banyak berita-berita kriminal yang ditampilkan baik di media cetak ataupun di media elektronik. Bahkan yang paling tragis adalah ketika kita melihat berita kriminal yang sama diulang hampir pada setiap media, seolah-olah media ingin " melekatkan" bahwa kriminalitas itu "harus ada dan wajar ". Mungkin, selogan yang menyatakan : ' kejahatan bukan hanya ada karena niat si pelaku, tapi juga karena ada kesempatan' memang benar. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya 'kaum cerdas yang buta'. Ya, kaum -kaum yang menyebut mereka ahli hukum. Sebelumnya saya mohon maaf bila saya menyinggung hati,Saya tidak ingin menjelek-jelekkan, tetapi inilah kenyataan. Hampir pada setiap kasus kriminalitas, tersangka yang jelas-jelas telah mengakui kejahatannya pasti memiliki pengacara yang terus membelanya, walaupun dia tahu kalau yang dia bela adalal seorang kriminal. Begitu banyak biaya yang dikeluarkan negara yang ditarik dari pendapatan yang tidak gampang untuk mendapatkannya, digunakan untuk membiayaikaum akademisi. Tapi apa hasilnya ??
begitu ia terjun ke dunia nyata, ia bahkan membela tersangka !!!
membela kriminalitas, menjual harga diri hukum negara, bahkan bisa dibilang ia mengkhianati rakyat yang membiayainya untuk menegakkan hukum !!!
akankah kita terus memproduksi para pembela hukum yang hanya akan menyulitkan negara ini kedepannya ??
saya percaya sistem hukum yang kita terapkan sudah bagus walaupun masih perlu banyak perbaikan, mungkin salah satu solusinya adalah dengan membagun jiwa-jiwa pemuda yang bersih ketika ia menjalani kehidupan akademisinya, jiwa-jiwa yang terisi oleh nilai akademis yang disertai nilai-nilai agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar