Kamis, 06 Maret 2014

Kalau saja

kalau saja komunikasi itu mudah, sejarah tak kan mengenal pertumpahan darah,
kalau saja komunikasi itu mudah, tak perlu lagi kita melihat orang marah-marah,
ia tak susah, tapi bukan berarti terlalu mudah,
ia cuma perlu dua teman dalam perjalanan,
yang satu bernama sabar. Bersama sabar ia selalu berusaha mengevaluasi diri; sebelum, ketika dan paska,
dari sabar, ia menyesal di akhir malam, dan berusaha merubah di awal pagi.
bersama sabar, wajahnya selalu berusaha menunjukkan senyum lebar.
yang paling penting, bersama sabar, ia melebarkan ruang hati dan meletakkan "maaf" dalam setiap ruangan.

satu lagi bernama syukur,
bersama syukur, seolah ia sedang mengenakan kacamata "terima kasih sudah memberi pelajaran".
bersama syukur, ia memandang degan sudut "terima kasih"

kalau saja komunikasi itu mudah, mungkin kita sudah di surga.
atau,
kalau saja komunikasi sudah mulai terasa mudah, mungkin kita sedang merasakan sedikit bagian surga, seperti awalan.
Bukankah Allah selalu memberi pertanda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar