Senin, 10 Maret 2014

Haruskah ?

Ya allah, maafkan saya, tiada maksud untuk mengkerdilkan ke maha besar-an-Mu, hanya ingin berkata, dengan semudah-mudahnya...

Satu tanyaku, "kenapa kita masih suka menyia-nyiakan makanan dan minuman ?"

Haruskah ?
Haruskah kita menunggu ?
Haruskah kita menunggu, bagaimana rasanya lapar dan tiada makanan, disaat bukan sesuatu yang dapat kita kunyah dan telan, tapi hanya sekedar rasa-pun kita berpikir, "rasa saja sudah cukup"

Haruskah ?
Haruskah kita menunggu ?
Haruskah kita menunggu, bagaimana rasanya haus, disaat yang kau pikirkan hanya genangan air yang jernih, segar dan tanpa bau, dan kau rela menggadaikan semua harta berharga.

Haruskah ?
Haruskan Allah yang "turun tangan" dan menciptakan semua kondisi itu secara langsung kepada kita ?
Kawan,
percayalah padaku,
Sungguh jika kau tau rasanya, kau tak kan pernah berani meminta, membayangkannya pun kau tak rela.
Kenapa, kenapa kau pancing Allah untuk "turun tangan" ?

Tahun 2004, bumi Tanah Rencong sudah menjadi lahan tontonan,
disaat muslim, saling membunuh, atas dasar egoisme kepentingan,
dan mungkin Allah sudah merasa bosan, akhirnya Allah "turun tangan".
Tidak semua berperang, tidak semua berdamai.
tapi begitulah takdir Allah,
Tsunami tak mengenal batasan, ratusan ribu jiwa kembali kepada-Nya, cukup beberapa detik saja.

pernah mendengar istilah "satu untuk semua dan semua untuk satu" ?
kawan, jangan jadikan peringatan Allah meminjam cara itu.

Allah, jika kau berkehendak untuk "turun tangan"
aku hanya bisa memohon, kuatkan pundak kami bersama, dan yang terpenting,
sadarkan kami akan ke lalai-an kami.

Haruskah kita menunggu, bagaimana rasanya Lapar dan Haus ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar